Monday, December 3, 2012

Karya cipta yang belum dipatenkan


1. Motif Batik yang belum dipatenkan



Potensi industri batik di Jawa Timur cukup menjanjikan. Hampir di 38 kota atau kabupaten di Jatim memiliki produk batik masing-masing salah satunya batik madura. Sayangnya, separo motif batik Jatim belum dipatenkan. Itu diungkapkan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim Nina Soekarwo.
“Perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) motif batik ini sangat penting. Selain bisa meningkatkan daya saing juga diharapkan tidak akan ada lagi klaim kepemilikan motif batik ” ujarnya saat ditemui di acara pembukaan gerai Paradise Batik di Surabaya kemarin.
Dia mengungkapkan potensi industri batik dan tenun Jatim menurut Nina cukup besar, berkisar 9.824 unit yang tersebar di Jatim. Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak berkisar 29.571 orang

Nina menambahkan, di Jatim terdapat sekitar 1.120 motif batik dari 38 kota atau kabupaten. Namun hanya 560 motif batik saja yang mau dipatenkan. Separonya tidak.. Sehingga di dalam produknya tidak mencantumkan label made in Indonesia. Padahal pemasarannya telah sampai Malaysia dan Singapura. “Tentu, hal ini sangat merugikan,” katanya.
Beberapa kota yang telah mematenkan motif batik adalah batik Surabaya , batik Pamekasan , dan batik Jombang. Berbagai strategi diupayakan untuk mendorong kesadaran perajin batik mematenkan motif batik tersebut. Misalnya melalui pendekatan yang dilakukan oleh Dekranasda kota atau kabupaten ke perajin batik.
Ia menceritakan, di Tulungagung ada satu perajin batik yang enggan memberikan label made in Indonesia di produknya. Padahal produk ini telah masuk pasar ekspor. Perajin batik itu beralasan, telah ada kesepakatan dengan pembeli di Malaysia.
“Tentu ini tidak benar. Dekranas pusat mengetahui hal ini, dan mengancam akan dicabut penghargaan Upakartinya,” katanya.


2.  Aplikasi Lacak Korupsi Via SMS


Ke depan, tindakan korupsi di pemerintahan bisa diketahui hanya dengan pesan singkat (SMS). Itu setelah Mohammad Faid (22), yang menjadi bintang dalam wisuda Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Nurul Jadid Paiton, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, berhasil menciptakan aplikasi SMS Gateway.

Aplikasi tersebut diciptakan dengan program Phyton dengan Windows XP atau Windows Seven dan sementara ini digunakan pesantren, untuk memantau para santri.

Melalui perangkat modem, aplikasi itu bisa mengirim SMS secara otomatis kepada wali santri tentang perilaku anaknya selama di pesantren, dengan dibantu petugas operator yang memasukkan data.

"Misalnya, si santri sedang ke luar pesantren tanpa izin, maka aplikasi itu secara otomatis mengirim SMS kepada walisantri bahwa anaknya melanggar peraturan pesantren. Aplikasi ini bisa digunakan untuk kepentingan yang lebih besar sesuai kebutuhan," ujar Mohammad Faid, yang mengalami kekurangan pada dua kakinya, Senin (15/10/2012).

Ketua Ikatan Alumni STT Nurul Jadid yang juga anggota DPRD Kota Probolinggo, Abdul Aziz berencana menarik aplikasi itu ke dalam pemerintahan. Dengan SMS Gateway, institusi pengawas atau lembaga yang berwenang mengawasi penggunaan APBD, seperti BPK, polisi, jaksa, dewan, LSM dan wartawan. Mereka bisa leluasa mengontrol dan mencegah terjadinya tindak pidana korupsi.

"Aplikasinya juga mudah, karena tinggal mengoneksi semua data dengan data database, lalu dikoneksikan ke modem. Aplikasi itu akan langsung melaporkan pengeluaran APBD. Bila terjadi penyimpangan, maka SMS langsung terkirim. Jadi, tindakan korupsi sekecil apapun bisa dilacak hanya dengan SMS. Nota dinas keuangan juga menjadi bahan untuk mendukung SMS Gateway," 


3. Telepon Bergerak Berbasis Satelit
( ADI RAHMAN ADIWOSO )



Berbekal keahliannya di bidang telekomunikasi satelit, ia menghasilkan teknologi sekaligus produk baru yang belum ada di pasaran dunia. Inovasi Adi memungkinkan komunikasi lewat telepon genggam bisa dilakukan di mana saja. Ketika jaringan kabel belum menjangkau dan telepon seluler konvensional kehilangan sinyal, sistem telekomunikasi temuannya tetap “on”.
Cara kerja telepon ini sangat bergantung pada Garuda 1, yang dikendalikan fasilitas pengontrol satelit di pulau Batam. Di situ juga dibangun pusat kendali jaringan (network control center – NCC), yakni pengatur arus percakapan dengan panel pengaturnya. Garuda 1 mampu melayani 22.000 pembicaraan pada saat bersamaan. Selain itu, dibangun pula sebuah pintu gerbang (gateway) yang berfungsi sebagai operator lokal. Dengan Byru, pelanggan bisa menghubungi sesama telepon satelit, ke telepon GSM serta ke telepon rumah. Tiap permintaan sambungan akan dilakukan melalui satelit. Permintaan itu dianalisis oleh NCC Batam, untuk menentukan identitas penelepon dan menentukan gateway mana yang cocok dengan tujuan panggilan. Setelah itu, permintaan sambungan akan diteruskan ke telepon tujuan. Pembicaraan pun berlangsung. Semua proses itu berjalan sangat cepat, hanya dalam hitungan detik.

4. REAKTOR BIOGAS ( Andrias Wiji Setio Pamuji )




Reaktor biogas adalah alat pembangkit gas yang dibuat dari kotoran ternak, penemunya adalah Andrias Wiji Setio Pamudji. Seorang lelaki yang berasal dari Desa Ngerendeng, kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Penemuan ini bermula kala ia masih kuliah di tingkat III di Jurusan Teknik Kimia Departemen Teknik Industri Institut Teknologi Bandung sekitar tahun 2000-an. Waktu itu ia meriset pembikinan reaktor biogas yang sederhana. Tapi dari yang sederhana inilah muncul sesuatu yang bisa dijadikan gas. Sebab sudah mengetahuinya, maka keingintahuannya semakin menggebu.

Kotoran ternak yang diperoleh dari tempat peternakan di masukkan kedalam jerigen berukuran lima meter kemudian ditutup dan tidak dicampur apapun. Setelah itu akan terjadi fermentasi alami yang kemudian kotoran ternak tersebut berubah menjadi gas.
Sebulan kemudian tutup jerigen dibuka dan lubang jerigen segera di beri plastik, kemudian Andreas menyoblos plasik tersebut dengan benda tajam dan keluarlah gas. Walhasil ketika disulut korek api langsung terbakar. Demi menyempurnakan karyanya ia membentuk reaktor dan penampung gas yang murah, kuat dan berkapasitas cukup apabila digunakan untuk keperluan rumah tangga.

Jerih payah Andrias terbayar tunai ketika ia membuat reaktor dari plastik dengan ketebalan 250 mikron serta menciptakan kompor untuk jenis gas metana. Kenapa yang dipilih sebagai penampungnya itu plastik dan bukan lainnya? Karena gas yang dihasilkan belum mampu dikemas dalam tabung. Gas kotoran sapi adalah jenis metana (CH4). Sementara gas yang dikemas dalam tabung merupakan gas yang bisa dicairkan, yang berasal dari butana (C4H10) dan pentana (C5H12).

Apabila gas bisa dicairkan, maka jumlah volume yang bisa ditampung jadi lebih banyak. Sayangnya metana belum bisa demikian. Temuan Andrias baru dipasarkannya tiga tahun kemudian, yaitu pada 9 April 2005. Padahal dua tahun sejak ditekuni, yaitu tahun 2002, karyanya pernah memenangkan lomba kreativitas mahasiswa yang diadakan Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.



5. Pemacu Produktifitas dan Kualitas Udang dan Ikan ( Arief Mulyana Djumra )



Melihat tren dalam upaya menggenjot hasil produksi pertanian, Arief Mulyana Djumra, 42 tahun, alumnus Teknik Kimia Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya ini prihatin dengan peredaran produk-produk kimia yang digunakan sudah di ambang batas. “Kalau dibiarkan, akan berdampak negatif. Terutama untuk keseimbangan lingkungan maupun kesehatan”, kata Arief.

Keprihatinannya kemudian diwujudkan dengan membuat sebuah formulasi. Bentuknya berupa aktivator hayati untuk tambak udang dan ikan. Temuan yang digagas bersama rekan kerjanya ini dinamakan Mikrobial Plus. Yakni, sebuah teknologi berkonsep pengkayaan nutrisi, yang bermanfaat dalam meningkatkan produktifitas dan kualitas tambak. “Manfaat utamanya adalah untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas lingkungan tambak”, jelas Arif.
Ahli kimia ini memang tergolong orang yang tidak mau tinggal diam kalau melihat kerusakan ekosistem akibat pemakaian bahan kimia berlebihan. Berdasarkan pengalamannya melanglang buana sebagai konsultan lingkungan untuk sejumlah perusahaan, membuat Arief dan rekan-rekannya bertindak. Dan teknologi bernama Mikrobial Plus itulah hasilnya.
“Aktivator ini adalah hasil penelitian bioteknologi terapan yang memadukan konsep effective microorganism technology dari Jepang dan pengkayaan nutrisi”, terangnya. Adapun mikroba yang digunakan dipilih dari spesies unggul jasad renik daerah tropis tanpa campuran bahan kimia dan hasil rekayasa genetika. Inilah yang menjadi jaminan 100% akan aman bagi lingkungan. Tentu saja dengan kegunaan utama untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas hasil udang dan ikan.

Menurut Arief, jasad renik ini murni dibikin di Indonesia. Pasalnya, negri ini memiliki cadangan bahan yang melimpah ruah, di samping bebas dari unsur rekayasa genetika seperti yang biasa dipraktikkan negara lain. “Jadi jelas beda kan?” tambah arek Suroboyo ini.
Dalam memasyarakatkan produk ini, PT. Era Mandiri Lestari sebagai produsen menunjuk CV. Azka Gemilang. “Sasaran yang ditembak adalah lokasi-lokasi yang potensial menghasilkan udang dan ikan”, ujar Diah Sari, direksi CV. Azkia Gemilang.

Lokasi lahan untuk percontohan antara lain di daerah Dipasena (Lampung), Demak (Jawa Tengah) dan Karawang (Jawa Barat). Terbukti, uji coba itu memang terasa “khasiatnya”. Di daerah Cibuaya, Karawang misalnya. Hanya dalam waktu 65 hari, udang bisa mencapai size 30 (artinya 30 ekor  per kilo). Padahal, umumnya membutuhkan sedikitnya 90 hari lebih.

Manfaat lainnya, bisa digunakan untuk mengatasi penyakit klasik udang, yakni stres. “Jangankan sebelum udang mengalami stres, pada waktu stres pun bisa sembuh dengan Mikrobial Plus ini”, jelas Arief yang juga Direktur PT. Era Mandiri Lestari berpromosi. Setiap produk, apalagi yang berhubungan dengan kelangsungan dan kualitas makhluk hidup, pasti ada efek sampingnya. Kendati kemungkinannya kecil, pada udang pun demikian. Hal inilah yang dihindari oleh Arief. “Alhamdulillah, dalam setahun ini tidak ada sedikit pun yang mengeluh sampai ke telinga kami”, tegasnya.
Salah satu kunci teknologi ini ialah penerapannya yang lebih mengarah pada keseimbangan lingkungan. Tanpa sedikit pun  membuat kerusakan di kemudian hari. (Setyo Nuryanto)



6.  Klip Penambat Bantalan Kereta Api dengan Dua Gigi ( Budi Noviantoro )



Budi Noviantoro, lahir di Bojonegoro, Jawa Timur, 17 November 1960. Menamatkan sarjananya di ITS Surabaya dan UIN Bandung. Sebelum di temukan KA Klip, rel kereta api di Indonesia memakai penambat khusus. Contohnya untuk rel ukuran R33, penambat relnya tidak dapat memakai penambat bermerk Padrol atau DE Clip karena longgar. Ditambah alat ini harus diimpor atau minimal di rakit sendiri ditanah air tapi harus membayar royalti kepada pemilik paten. 

Klip bantalan kereta api dengan dua gigi yang ditemukan oleh Budi bernama KA Klip atau lebih dikenal dengan sebutan penambat rel (fastener) ini lebih sesuai dengan karateristik kereta api di Indonesia.

Jika memakai KA Klip yang sudah diuji bertahun-tahun di lapangan sebelum diakui dan mendapat paten, PT KA tidak perlu repot mengimpor, yang berarti sama halnya dengan menghemat bea impor. Klip rek kereta api temuan Budi hebatnya bisa digunakan di rel berukuran berapapun baik R33, R42 maupun R54.

Meski Budi telah menemukan KA Klip, ia tidak mematenkan temuannya. Sebab penambat rel itu kemudian dipatenkan oleh PJKA. Alasannya sedari awal, ia memang menyerhkan temuannya langsung ke PJKA untuk dimanfaatkan. Disampi ng itu Budi memang tidak berkerja sendiri, ada PT Pindad yang memefasilitasinya mengolah penelitian, pengembangan , lantas memproduksi. Tetapi apapun itu, namanya patut kita catatkan pada sejarah penemu Klip Bantalan Kereta Api dengan Gua Gigi Indonesia.

7.        Bunga Sukun Pembasmi Nyamuk Alami dan Murah ( EDDYMAN, INTAN ELFARINI & KANAKA SUNDHORO )



Eddyman Kharma, Intan Elfarini dan Kanaka Sundhoro, pelajar SMA Taruna Nusantara, berupaya menawarkan cara membasmi nyamuk dengan murah, alami dan efektif. Temuan itu bukan serta-merta datang begitu saja, namun telah melewati penelitian ilmiah yang rumit dan panjang. Karena itulah, setelah dilombakan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), karya ilmiah berjudul “Eksplorasi Bunga Sukun sebagai Pengganti Isi Ulang (Refill) Obat Nyamuk Elektrik” itu menyabet juara pertama.
  
Dalam penelitian ilmiahnya, ketiga pelajar SMA itu membandingkan keefektifan objek penelitian mereka dengan salah satu obat antinyamuk elektrik ternama. Setelah melalui uji laboratorium, kata Eddyman, obat antinyamuk temuannya justru lebih efektif dan lebih tahan lama ketimbang obat antinyamuk elektrik pembanding.

“Hasil penelitian kami menyebutkan bahwa bunga sukun dapat digunakan sebagai penolak nyamuk, sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan dengan obat nyamuk elektrik, temuan kami lebih efektif dan tahan lama, dan tentunya lebih ekonomis”, kata Eddyman menjelang pemaparan karya ilmiahnya di muka dewan juri, awal Desember lalu.

Dalam presentasi penelitian itu di kampus LIPI, Eddyman dan teman-temannya mengemukakan bahwa sukun memiliki banyak kegunaan, namun saat ini kebanyakan orang masih memanfaatkan sukun sebatas pada konsumsi buahnya sebagai sumber gizi dan pengobatan penyakit jantung, penyakit kulit, diare, diabetes, sakit kepala, sakit gigi, herpes, hipertensi, kelainan tulang dan sembelit.

“Setelah melewati uji pustaka, diketahui bahwa bunga sukun mengandung zat kimia yang diperkirakan bisa mengusir bahkan membunuh serangga, namun aman bagi manusia”, kata Eddyman di depan juri.



8. Lagu Lir ilir




Lirik lagu :
Lir ilir, lir ilir Tandure wis sumilir Tak ijo royo-royo Tak sengguh penganten anyar
Cah angon-cah angon Penekna blimbing kuwi Lunyu-lunyu penekna Kanggo mbasuh dodotira
Dodotira-dodotira Kumitir bedah ing pinggir Dondomana jlumatana Kanggo seba mengko sore
Mumpung padhang rembulane Mumpung jembar kalangane Yo suraka.......aaa Surak hiya

Karya ini berada pada domain publik di Indonesia karena merupakan hasil rapat terbuka lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, atau keputusan badan arbitrase atau keputusan badan sejenis lainnya. Karya ini tidak memiliki hak cipta. (Pasal 13 UU No. 19 Tahun 2002)
Karena merupakan dokumen resmi pemerintahan, karya ini juga berada pada domain publik di Amerika Serikat.
Lir-Ilir, Lagu Sunan Kalijogo yang Belum Dipatenkan

SOLO- Kasultanan Keraton Pajang, Solo, Jawa Tengah, meminta kepada Kementerian Kebudayaan untuk mematenkan semua kebudayaan islam, terutama lagu-lagu syiar agama yang diciptakan para Wali Songo. Salah satunya lagu Lir- ilir yang diciptakan Sunan Kalijogo.

Temenggung Kasultanan Keraton Pajang, Solo, Jawa Tengah, Agung Santoso, mengatakan, langkah mematenkan syair lagu Lir- ilir ditujukan agar karya cipta Sunan Kalijago tidak di klaim negeri Jiran, Malaysia, seperti yang pernah terjadi di kebudayaan asli Indonesia lainnya.




( Tes Kit untuk Diagnisa Infeksi Helicobacter Pylori )



                 
Penyakit maag selain disebabkan oleh kesalahan pola makan dapat pula diakibatkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori. Metoda yang selama ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri dalam lambung tersebut adalah dengan teknik endoskopi yang memerlukan biaya mahal.
Inovasi
Rapid Test Kit yang didesain untuk mendeteksi keberadaan Helicobacter pylori dalam lambung penderita sakit maag, dengan hasil cepat dan akurat.

Dukungan RAMP Indonesia
1.       Penyempurnaan teknologi
2.       Sertifikasi Kementerian Kesehatan RI
3.       Pendirian badan usaha, PT. Bioramp Diagnostika
4.       Penyediaan laboratorium dan peralatan produksi
5.       Pemasaran dan komersialisasi teknologi

Keunggulan dan Spesifikasi
1.       Lebih akurat untuk orang Indonesia karena menggunakan antigen lokal
2.       Harga lebih murah dibandingkan produk impor sejenis
3.       Penggunaan mudah dengan peralatan sederhana (dapat digunakan oleh dokter Puskesmas dan RSUD)
4.       Hasil cepat dan akurat (15 menit)
5.       Kemasan kompak dan tahan lama



10.                 C-Dry, Pengering Cabe Efisien Karya ITS




JAKARTA - Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya seakan tidak kehabisan ide untuk menelurkan inovasi. Teranyar, empat mahasiswa ITS berhasil mendesain sebuah alat pengering cabai segar yang dijuluki Chili Dryer (C-Dry) yang menigkatkan pendapatan petani cabai di Kota Batu serta mengantarkan mereka lolos Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) XXV di Yogyakarta. 

 Adalah Rizky Fitria Fauzy, Suhartono, Yuandhika Adhi W, dan Zulvah. Ketua PKMT C-Dry Rizky menjelaskan, inisiatif pembuatan PKMT ini muncul dari Tugas Akhir (TA) yang tengah dikerjakan. Mereka pun melakukan survei ke Batu, Malang, yang notabene merupakan salah satu daerah penghasil cabai terbesar di Jawa Timur. ''Di sana sudah ada alat pengering cabai, namun hasilnya masih kurang optimal,'' papar Rizky, seperti dilansir dari ITS Online, Jumat (29/6/2012). 

''C-Dry cukup dengan sumber energi listrik saja,'' kata Zulvah. Modifikasi lainnya terletak pada bentuk fisik alat pengering. Sebelumnya, bentuknya yang memanjang horizontal dianggap terlalu banyak memakan tempat. Sehingga, diubah menjadi bentuk yang vertikal ke atas dengan alas berbentuk V. ''Hal ini kami lakukan agar udara panas dapat segera bergerak ke atas,'' beber mahasiswa Jurusan Teknik Industri tersebut. Pada sisi atap C-Dry sendiri, ditambahkan cerobong asap yang langsung berhubungan dengan sisi bawah. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisasi energi panas yang terbuang. Sehingga terjadi sirkulasi udara panas dengan ukuran suhu tetap. Zulvah menambahkan, untuk sekali produksi, C-Dry dapat mengeringkan 18 kg cabai segar dalam waktu maksimal lima jam.

 ''Pada uji coba pertama, C-Dry dapat mengeringkan cabai dalam waktu empat jam,'' tukas Zulvan. Namun, layaknya prototype PKMT lainnya, C-Dry juga memiliki kekurangan di beberapa bagian. Yuandhika menyebut, meskipun hanya menggunakan satu sumber energi, daya yang dibutuhkan masih cukup besar. "Untuk sekali beroperasi, dapat memakan daya listrik 1.750 watt,"



11.                 Siswa SMAN 3 Semarang Ubah Asap Rokok Jadi Oksigen





SEMARANG - Pelajar Indonesia kembali mengukir prestasi di kancah internasional. Dua siswa SMAN 3 Semarang, Jawa Tengah, Zihrama Afdi dan Hermawan Maulana, mengharumkan nama bangsa dalam ajang International Exhibition for Young Inventors (IEYI) di Bangkok, Thailand, 28–30 Juni 2012. Mereka menyabet medali emas melalui alat yang mereka ciptakan, Thunder Box (T-Box), yang berfungsi untuk mengurai asap rokok. 
Melalui alat tersebut, kandungan-kandungan atau zat berbahaya dalam asap rokok dapat direduksi. Alat ini dapat difungsikan di ruang khusus untuk merokok (smoking room). Zihrama Afdi menuturkan, T-Box mampu menyerap gas karbondioksida (CO2) yang ada pada smoking room, kemudian menguraikannya menjadi karbon dan oksigen. Dari hasil penguraian tersebut, untuk karbonnya dapat dimanfaatkan lagi, sedangkan oksigen yang dihasilkan dapat dialirkan kembali ke dalam smoking room. "Sehingga dapat membuat udara di dalam ruangan tetap segar,' ujarnya di Semarang kemarin. Ide pembuatan T-Box diperoleh dari pengamatan sederhana. Kedua siswa tersebut melihat banyak perokok yang enggan menggunakan smoking room, tetapi lebih memilih merokok di tempat umum. Dari pengamatan diketahui, para perokok tidak memanfaatkan smoking room lantaran kondisi ruangan itu yang kurang nyaman. Selain sempit, asap rokok di dalam smoking room yang tidak terurai membuat ruangan itu penuh asap.




12.                 Mahasiswa UGM Sulap Ikon Halloween Jadi Obat Diabet



JAKARTA – Siapa sangka labu parang yang biasa digunakan untuk membuat kolak atau sebagai hiasan bagi tradisi Halloween, ternyata dapat digunakan sebagai obat diabetes mellitus tipe dua?
Muhammad Rijki, mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menemukan kandungan senyawa saponin dan flavanoid yang terdapat dalam tumbuhan bernama latin Cucurbita moschata L ini dapat menurunkan kadar glukosa darah dan memperbaiki sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin kembali.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rijki, kandungan saponin secara signifikan dapat menurunkan glukosa darah meskipun percobaan ini baru dilakukan terhadap tikus. Semakin tinggi dosis saponin akan secara signifikan menurunkan kadar glukosa.
Menurut pemuda asal Sukabumi ini, untuk mengobati penyakit diabetes pada manusia, dibutuhkan 400-800 gram labu parang yang telah diekstrasi untuk dikonsumsi tiap hari. Namun, untuk lebih mudah, dia menyarankan agar mengkonsumsi labu parang dalam bentuk jus. “Saponin larut dalam air. Jika dimasak, maka kadar saponin akan berkurang,” katanya seperti dikutip dari situs UGM, Senin (11/7/2011).
Anak kelima dari delapan bersaudara ini mengaku mendapat insiprasi untuk memanfaatkan labu parang ketika sedang berlibur di kampung halamannya, Desa Caringin, Sukabumi, Jawa Barat. Di sana banyak petani yang membudidayakan labu parang sehingga dia tertarik untuk mencari khasiat lain dari labu parang.
“Tapi, sekarang di desa saya sudah jarang yang menanam labu parang. Semoga dengan temuan ini produksi labu parang semakin bertambah,” ujar mahasiswa semester delapan ini.
Berkat penemuannya tersebut, Rijki memperoleh penghargaan Alltech Young Scientist Award dari PT Alltech Biotechnology Indonesia.

13.                 Alat Terapi Otot Dari ITS


Seorang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Eka Adi Saputra, membuat sebuah alat stimulasi otot yang praktis digunakan. Dia menamakan temuannya, Functional Electrical Stimulation System (FESS). FESS pun dapat menjadi alat terapi alternatif bagi para penderita stroke.
Mahasiswa Teknik Elektro ini menjelaskan, FESS bisa juga dikatakan berfungsi sebagai stimulus eksternal pengganti sinyal otak. Sebab, penderita stroke biasanya bermasalah dengan saraf-saraf tubuhnya. "Perintah dari otak untuk menggerakkan otot pun tidak tersampaikan. Akibatnya, otot menjadi tidak dapat digerakkan,” ujar Eka seperti dikutip dari situs ITS, Kamis (3/3/2011).
FESS dilengkapi dengan sebuah pengendali otomatis, Adaptive Neuro Fuzzy Inferenrence Sistem (ANFIS), yang berfungsi mengontrol seberapa cepat gerakan yang akan dilakukan otot. "Mikrokontroller ANFIS menangkap sensor sudut knee joint. Secara otomatis, proses tersebut memberikan sinyal sesuai kebutuhan pasien," kata mahasiswa angkatan 2006 ini.
Pria penyuka olahraga futsal itu memaparkan, FESS dioperasikan dengan menempelkan elektroda yang berfungsi sebagai konduktor ke kaki penderita stroke. "Elektroda itu kemudian menstimulasi otot untuk bergerak," tuturnya. Eka mengingatkan, penggunaan FESS maksimal hanya 30 menit. "Hal tersebut bertujuan agar otot tidak berkontraksi melebihi batas kemampuannya," mahasiswa asli Banyuwangi tersebut menambahkan.



14.                                    Limbah Kertas Jadi Bata



Para peneliti dari ITS tak pernah lelah berinovasi dan memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya, seperti yang baru dilakukan oleh dosen Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini. Bangunan Berdinding Bahan Bubur Kertas yang Tahan Gempa, begitulah judul penelitiannya.
Kertas apapun yang tidak terpakai atau rusak, sangat dianjurkan untuk dimanfaatkan menjadi bata. Melimpahnya limbah kertas di perkotaanlah penyebab utama Totok melakukan eksperimen ini. Limbah kertas yang ada di Jurusan tempat ia mengajar pun ia jadikan sebagai bahan baku pembuatan bata.
“Saya melakukan percobaan tersebut di laboratorium yang ia ciptakan sendiri di belakang rumah,” aku Totok. Cara pembuatannya yaitu menghancurkan limbah kertas tersebut, kemudian dicampur dengan semen, dan dipress, kemudian dicetak. Dalam sehari, ia bisa memproduksi satu buah bata. Totok juga menyampaikan bahwa keunggulan dari penggunaan limbah kertas yang diolah menjadi ‘bubur’ ini adalah lebih ringan, serta bila terkena gempa dan roboh tidak terlalu keras seperti bata biasa.




SURABAYA - Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya membuat penemuan yang ramah lingkungan.
Para mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil ITS ini menggunakan bahan limbah tangkapan laut yaitu kulit kerang laut, menjadi bahan konsentrat bahari bangunan.
Menurut para mahasiwa, Deni Erfianto, Prayogi, dan Helda, kerang dimanfaatkan untuk membuat Porous Concrete, semacam con block (bahan bangunan yang digunakan untuk perkerasan) yang digunakan sebagai lantai parket atau taman.
“Con blok itu memiliki fungsi hijau, yakni air bisa meresap ke dalam tanah sehingga tidak menyebabkan banjir. Sisi ekonomisnya adalah memanfaatkan barang yang terbuang,” ujar Deni, yang sedang menjalani semester enam.
Porous Concrete memiliki kekuatan 18 mpa. Kini, Deni dan kawan-kawan tengah berupaya menambah kekuatan hingga 20 mpa.
"Kekuatan itu sudah cukup jika dilintasi kendaraan roda empat," ujar Deni
Lantas, kenapa memilih kulit kerang?




No comments:

Post a Comment